Penembakan Massal di Universitas Michigan AS, 3 Tewas dan 5 Luka-luka

Penembakan kembali terjadi di Amerika Serikat. Seorang pria bersenjata melepaskan tembakan pada Senin malam, 13 Februari 2023, di kampus utama Michigan State University. Penembakan massal itu menyebabkan tiga orang tewas dan melukai lima orang, yang beberapa di antaranya parah.

Sejumlah detail resmi tentang kekerasan senjata belum disampaikan. Chris Rozman, wakil sementara kepala polisi universitas, menyatakan, tembakan dilepaskan di dua lokasi – di sebuah gedung akademik bernama Berkey Hall dan gedung Persatuan Michigan State University (MSU).

“Dari penembakan itu, kami menemukan korban di kedua lokasi. Kejadian itu dimulai tak lama setelah pukul 8 malam waktu setempat,” kata Rozman kepada wartawan dalam jumpa pers yang disiarkan televisi sekitar tiga jam kemudian.

Pelaku ditemukan tewas beberapa jam kemudian. Polisi menduga dia meninggal dunia dari tembakan yang dilakukan sendiri.

Rozman mengatakan penyidik belum mengetahui motifnya. Dia juga mengatakan universitas tidak mengetahui adanya ancaman terhadap kampus sebelum pertumpahan darah Senin.

Menurut Rozman tiga korban tewas dan lima dibawa ke rumah sakit. Beberapa di antaranya mengalami luka yang mengancam jiwa. Dua dari yang tewas berada di Berkey Hall dan yang lainnya di MSU Union.

Universitas AS Meminta Maaf Karena Gunakan ChatGPT Untuk Kirim Pesan

Pejabat Vanderbilt University, Amerika Serikat, meminta maaf kepada mahasiswa karena telah menggunakan ChatGPT untuk menulis pesan elektronik terkait peristiwa penembakan massal di Michigan. Penembakan massal di kampus Michigan State University terjadi pada 13 Februari 2023 telah merenggut nyawa tiga mahasiswa dan melukai lima orang.

Pesan yang berisi imbauan untuk menciptakan lingkungan inklusif tersebut dikirim dari Peabody School of Education and Human Development, fakultas pendidikan di Vanderbilt University. Bunyi dari sebagian surat elektronik itu yakni “Penembakan Michigan baru-baru ini adalah pengingat tragis akan pentingnya menjaga satu sama lain, terutama dalam konteks menciptakan lingkungan yang inklusif,” seperti dilansir oleh surat kabar mahasiswa Vanderbilt Hustler.

Ternyata, di bagian bawah pesan, dalam ukuran kecil dan tanda kurung, terdapat sebuah kalimat yang berbunyi: “Parafrase dari model bahasa AI ChatGPT OpenAI, komunikasi pribadi, 15 Februari 2023”. Pesan tersebut ditandatangani oleh dua administrator kampus.

Setelah muncul protes dari mahasiswa ihwal pembuatan surat menggunakan ChatGPT, salah satu dekan Peabody meminta maaf karena telah menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menulis email tentang tragedi kemanusiaan.

“Meskipun kami percaya pada pesan inklusivitas yang diungkapkan dalam email, menggunakan ChatGPT untuk merangkai pesan atas nama komunitas kami di masa duka dan sebagai respons atas tragedi, itu bertentangan dengan nilai-nilai Peabody College,” kata pesan Nicole Joseph, salah satu dekan yang menandatangani email tersebut.

Joseph mengatakan hal ini menjadi pelajaran bagi kampus. “Seperti semua teknologi baru yang memengaruhi pendidikan tinggi, momen ini memberi kami semua kesempatan untuk merenungkan apa yang kita ketahui dan apa yang masih harus kita pelajari tentang AI,” ujarnya

Nicole Joseph dan asisten dekan Hasina Mohyuddin yang juga menandatangani pesan tersebut telah mundur dari jabatan mereka di Peabody, sementara universitas melakukan tinjauan yang menyeluruh.

Setelah diluncurkan pada November lalu, ChatGPT telah digunakan untuk menulis pesan, esai, cerita, hingga lirik lagu. Meskipun populer dan memiliki daya tarik bagi masyarakat luas, perangkat lunak ini masih menimbulkan kekhawatiran etis, seperti kemampuannya membantu siswa untuk menyontek, serta menyebarkan bias dan misinformasi.